Perbedaan White Box Testing & Black Box Testing
Perbedaan White Box Testing & Black Box Testing
White Box Testing (Struktural)
- Dilakukan oleh penguji yang mengetahui tentang QA.
- Pengujian perangkat lunak / program aplikasi dalam hal keamanan dan kinerja program (termasuk pengujian kode, perencanaan implementasi, keamanan, aliran data, kegagalan perangkat lunak).
- Dengan pengetahuan interior tentang perangkat lunak
- Pemrograman internal sepenuhnya dikenal.
- Penguji memiliki pengetahuan penuh tentang kerja internal aplikasi
- Dikenal sebagai kaca, kotak terbuka, kotak bening, pengujian struktural atau pengujian berbasis kode.
- Dilakukan oleh penguji dan pengembang.
- Pekerjaan internal sepenuhnya diketahui dan penguji dapat merancang data uji yang sesuai.
- Paling lengkap dan memakan waktu.
- Data domain dan batas internal dapat diuji dengan lebih baik.
- Cocok untuk pengujian algoritma
Pengujian yang didasarkan pada detail prosedur dan alur logika kode program. Pada kegiatan white box testing, tester melihat source code program dan menemukan bugs dari kode program yang diuji. Intinya white box testing adalah pengujian yang dilakukan sampai kepada detail pengecekan kode program.
Kegiatan Tester :
- Melihat kode program
- Membuat test case untuk mencari kesalahan, bugs, error dari kode program yang dibuat oleh programmer
Black Box Testing (Fungsional)
- Dilakukan oleh auditor independen.
- Melakukan tes berdasarkan apa yang Anda lihat, hanya fokus pada fungsionalitas dan output. Pengujian cenderung berfokus pada standar desain perangkat lunak dan respons ketika ada celah/kerentanan dalam program aplikasi setelah pengujian kotak putih.
- Dilakukan setelah white box testing.
- Dilakukan seiring dengan tahapan pengembangan software atau pada tahap testing.
- Tanpa memiliki pengetahuan interior tentang perangkat lunak
- Pemrograman internal tidak dikenal.
- Cara kerja internal suatu aplikasi tidak perlu diketahui.
- Dikenal sebagai kotak tertutup, berdasarkan data dan pengujian fungsional.
- Dilakukan oleh pengguna akhir dan juga oleh penguji dan pengembang.
- Pengujian didasarkan pada ekspektasi eksternal, perilaku internal aplikasi tidak diketahui.
- Sedikit memakan waktu dan melelahkan.
- Tidak cocok untuk pengujian algoritma.
- Dapat dilakukan dengan metode trial dan error.
Pengujian yang didasarkan pada detail aplikasi seperti tampilan aplikasi, fungsi-fungsi yang ada pada aplikasi, dan kesesuaian alur fungsi dengan bisnis proses yang diinginkan oleh customer. Pengujian ini tidak melihat dan menguji source code program.
Kegiatan Tester :
- membuat test case untuk menguji fungsi-fungsi yang ada pada aplikasi
- membuat test case untuk menguji kesesuaian alur kerja suatu fungsi di aplikasi dengan requirement yang dibutuhkan customer untuk fungsi tersebut
- mencari bugs atau error dari tampilan (interface) aplikasi
Sumber:
- https://www.oodlestechnologies.com/blogs/Difference-between-Black-box,-Grey-box-and-White-box-testing/
- https://adalah.co.id/white-box-testing/
- https://www.dosenpendidikan.co.id/white-box-testing/
- https://student-activity.binus.ac.id/himsisfo/2016/10/perbedaan-white-box-testing-dan-black-box-testing/
- https://socs.binus.ac.id/2020/07/02/teknik-dalam-white-box-dan-black-box-testing/#:~:text=White%20Box%20Testing%20adalah%20salah,ada%20yang%20salah%20atau%20tidak.
- https://www.konsepkoding.com/2020/07/pengertian-perbedaan-black-box-white-grey-box.html
- https://medium.com/skyshidigital/pengujian-sistem-52940ee98c77
- https://svcministry.org/id/dictionary/difference-between-blackbox-and-whitebox/
Dedi Martono
21 October 2020Hayu bu kita cari cara penerapannya
Triyono
22 October 2020Semangat bang DM..
Syafnidawaty
31 October 2020okeh yuk
Triyono
22 October 2020Semangat bu.. Kl ada contohnya mudah dipahami penerapannya hehe
Syafnidawaty
31 October 2020iya nih 🙂 bantuin yah